Pilih atau masukkan nominal donasi yang Anda inginkan
Pilih atau masukkan nominal donasi yang Anda inginkan
461 Donasi
Dipayungi plafon kayu yang menganga, didasari ubin batu yang retak dan bergelombang, dikelilingi kaca jendela yang sebagian sudah terlepas, dan dilengkapi tumpukan papan tulis. Itulah gambaran kelas di mana 53 anak laki-laki dan 93 anak perempuan belajar di SD Inpres Natoen yang terletak di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Sejak pembangunan sekolah pada 1984, belum pernah ada perbaikan sarana dan prasarana sehingga seluruh 8 ruang kelas kini dalam keadaan rusak.
Bergeser ke Kecamatan Taebenu, berdiri SDN Manefu yang terletak di tengah kampung dan dikelilingi pepohonan. Anak-anak biasanya harus berjalan kaki selama satu jam untuk mencapai sekolah yang jaraknya 4-5 kilometer dari rumah mereka. Kegiatan belajar mengajar dilakukan di 6 ruang kelas meskipun 3 di antaranya kini sudah rusak berat. Untuk kebutuhan toilet, 96 anak dan 11 guru harus berbagi satu kamar mandi bersama. Namun, orang tua murid, guru, dan tokoh masyarakat yang tergabung dalam komunitas sekolah terus berjuang agar anak-anak mendapatkan gedung baru untuk belajar.
SDN Wee Nibau yang terletak di Pulau Sumba kini hanya bisa menggunakan 4 dari 7 ruang kelas yang ada untuk kegiatan belajar mengajar. Sudah lebih dari setahun 3 ruang kelas ini rusak berat dan membahayakan anak-anak. Tak jarang guru harus memaksakan proses pembelajaran walaupun keselamatan anak taruhannya. Jika terjadi hujan angin, anak akan dikeluarkan dari ruangan dan dipulangkan lebih cepat karena tembok bergoyang dan berpotensi roboh. Persoalan ini sudah disampaikan kepada dinas terkait namun belum ada tindak lanjut sampai hari ini.
"Ruang kelasnya hanya 6, tapi ada yang dipakai satu untuk ruang guru sekaligus juga perpustakaan. Ruang kelasnya juga ada yang disekat, jadi kalau guru bertanya ke siswa kelas satu, siswa kelas dua yang menjawab. Lucu, tapi kenyataannya terjadi seperti itu," ucap Abi selaku Community Officer Yayasan Bahtera yang mendampingi SDN Holur Kambata. Tak hanya itu, sekolah dan desa sekitarnya harus berjalan sekitar ke daerah perbukitan untuk menimba air. Anak-anak tidak mandi ketika berangkat sekolah dan harus membawa air sendiri untuk digunakan di kamar mandi sekolah.
Kita sering penasaran mengikuti perkembangan cerita before - after atau konten from this to this yang menampilkan perubahan signifikan. Keempat sekolah di atas memiliki satu kesamaan: kondisi infrastrukturnya kurang memadai dan menginginkan #SekolahAman bagi anak-anak untuk belajar. Situasi awal yang belum ideal ini bisa berubah dengan:
YAPPIKA-ActionAid tidak bisa berjalan sendiri dan butuh bantuanmu dalam membuat perubahan ini.
Maukah kamu ikut menuliskan cerita yang mengubah kondisi mereka? Klik Donasi Sekarang.
Berdonasi sebesar Rp 50,000
07 December 2023
Berdonasi sebesar Rp 150,000
06 December 2023
Berdonasi sebesar Rp 50,000
06 December 2023
Berdonasi sebesar Rp 150,000
06 December 2023
Berdonasi sebesar Rp 150,000
05 December 2023
Berdonasi sebesar Rp 50,000
04 December 2023
Berdonasi sebesar Rp 100,000
04 December 2023
Berdonasi sebesar Rp 150,000
03 December 2023
Berdonasi sebesar Rp 50,000
03 December 2023
Berdonasi sebesar Rp 50,000
02 December 2023
13 September 2023
Semoga bermanfaat ya
10 September 2023
semoga bermanfaat yaaa! senang bisa berbagi untuk sesama????????
02 May 2023
Semoga sekolah-sekolah semakin maju.